Senin, 25 Oktober 2010

Merajut (Kembali) Ukhuwah Tarbiyah

Merajut (kembali) Ukhuwah Tarbiyah

Ada saat-saat dimana kita merindukan sekali pertemuan pekanan yang telah di agendakan. Meski baru kemarin bertemu, mungkin rasa rindu untuk duduk bersama menikmati indahnya taujih rabbani, hidangan materi tarbiyah dan dakwah serta celoteh teman-teman, entah soal kabar gembira, berita duka atau hanya sekedar gurauan belaka. Semuanya terasa manis dalam sebuah majlis ilmu yang penuh berkah.

Atau kadangkala, suasana batin dan raga yang kadang memaksa kita untuk bermalas-malasan menghadiri pertemuan tersebut, juga menjadi pemicu penurunan ghiroh dalam tarbiyah. Entah sebuah alasan yang di sengaja atau memang alasan syar’i yang ada, membuat kita tak bisa menatap wajah-wajah ikhwah kita dalam setiap pekannya.

Kita mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk mempengaruhi suasana batin kita. Menikmatinya dan mensyukurinya. Atau hanya sekedar mengeluh kesah dan mengkritisinya. Bahkan, kita bisa merasa memiliki semua itu.

Ada seorang ikhwah yang bercerita
“akhi, dimanakah rasa ukhuwah kita sekarang ini? Masa’, waktu ane pindahan kemarin, tak ada satu pun ikhwah yang datang membantu atau sekedar meng- sms minta maaf tidak bisa membantu ….. ane rasa, ane tidak pasif-pasif amat di DPRa ini… kalo suruh masang2 bendera ane ikut, ada syuro ane datang, kalo ada baksos, ane juga Bantu … ”

Apakah nilai-nilai ukhuwah yang telah kita peroleh dalam materi-materi tarbiyah hanya menjadi sekedar “materi tanpa makna”, tanpa sebuah aplikasi ?

Apakah ukhuwah itu hanya sekedar berjabat tangan ketika bertemu, mengirim do’a ketika sakit, mengucap barokah ketika bahagia atau bahkan hanya sekedar mengenal nama dan nomor hanphone nya ?

Apakah ukhuwah hanya sebatas teman satu grup atau antara Murobbi dengan Mad’u ?

Mungkin bias-bias kerapuhan ukhuwah mulai terjadi di sekitar kita, atau bahkan karena kita sendiri. Sering kali kita sudah merasa cukup menanyakan kabar atau mendo’akan mereka melalui pesan singkat yang kita kirim “tidak special” untuknya, bahwa ini adalah ukhuwah. Sering kali kita sudah merasa cukup, ketika kita mampu membantu saudara kita yang sedang membutuhkan, dan kita katakan itu adalah ukhuwah.

Tidak. Tidak semua ikhwah kita butuh uluran tangan materi, tidak semua ikhwah kita butuh sms-sms yang tak special untuknya. Mungkin mereka butuh do’a-do’a kita di kala sujud panjang sepertiga malam kita, mereka butuh sentuhan hati kita untuk ikut mendengarkan cerita keluarganya, mereka butuh hal-hal kecil yang seringkali kita anggap “terlalu sepele dan terlalu lebay”.

Mulai sekarang, tataplah wajah ikhwah-ikhwah kita lekat-lekat, sunggingkan bibir manis antum, berikan hadiah untuk mereka di sela-sela kesibukan dakwah antum, entah hadiah untaian doa atau bahkan sekedar materi kecil, yang membuatnya “antum special” di hati mereka.

Selamat merajut ukhuwah kita dalam bingkai tarbiyah. Selamat melanjutkan tradisi Rasulullah.

Tidak ada komentar: